829478938670-cr5svucsjohvo408vneasde3ogi7l6nl.apps.googleusercontent.com
Yanto Hendrawan Cover Image
User Image
Drag to reposition cover

TERJEPIT DI ANTARA PELANGI

Sudah banyak pemerhati politik yang menulis soal Beye, Haye dan segitiga birunya yang penuh sensasi dalam beberapa pekan ini. Tak jauh dari soal mereka yang mulai merapat ke kubu petahana dengan segala adegan yang bikin mual banyak kalangan. Semua mengarah pada penyalahan di wajah kaum segitiga biru itu. Terakhir, pendukung dan relawanpun mulai berwajah sinis, bernada bengis.

Adakah yang coba melihat bagaimana dengan penerimaan anak baru di kubu petahana sendiri? Apa iya mereka mau menerima dengan sikap polos kehadiran partai oportunis satu digit itu? Bagaimana reaksi kimianya jika larutan curang dengan cairan khianat diaduk dalam tabung pelangi? Makin berwarna warnikah bendera bersama 01? Atau makin kusam karena kedatangan abu-abu?

Ujilah pendapat umum saja. Tanyakan pada semua orang pertanyaan sederhana ini, "Apakah anda akan menerima seseorang yang memisahkan dirinya dari kumpulan lawan anda?" Tidakkah mereka jijik menerimanya?
Jadi ingat kata-kata om motivator yang sudah jadi Dekom Angkasapura. Begini katanya, "Ketika anda menerima seorang pengkhianat, siapkan sepotong rasa kecewa kelak untuk pengkhianatannya pada anda. Karena khianat itu sifat!"

Jika perapatan demokrad dapat diterima, tentu akan banyak syarat dan ketentuan diam-diam yang sudah dibuat oleh koalisi petana. Sangat mustahil mereka menerima begitu saja. Tiap partai pasti menganggap dirinya paling berkeringat di masa duel politik sepanjang 7 bulan lalu. Tak mungkin rela disejajarkan anak kemarin sore yang baru gabung. Ego sektoral, senior-junior, besar-besaran andil dan yang paling mengerikan kalau sudah bicara, "wani piro?".

Segi tiga biru limbung. Pasti gamang dan serba salah. Tetap di 02, sudah terlanjur melangkah ke istana. Lanjut merapat, pasti ketemu jajaran pemain watak yang sudah lihai memanfaatkan kesempatan politis. Jadi menteri? Tunggu dulu, merah, kuning, hijau dan lainnya juga ngiler bro. "Baru gabung dah ngantongi kursi menteri, enak aja!", ujar para rainbow players.

Ancaman paling mengerikan datang dari mak bos. Maklumlah, persiapan pensiun 5 tahun mendatang. Jangan karena baru dikasih senyum dikit, dipikir tak ada deal-deal? maap aje yee.. "Oke menteri, tapi setoran perlu kita sepakati untuk biaya operasional yang dibagi rata semua koalisi senior, deal?" Dan terjadilah, partai bulan-bulanan dalam 5 tahun kedepan.

Di sisi lain, setiap kesalahan koalisi nantinya bisa jadi partai inilah biang ada asal muasal masalah. Dalam hal apapun pasti yang dilihat "didalam kelompok besar itu ada pengkhianat" meski politik akan memicingkan matanya soal etika. Selalu begitu. Orang selalu ingat soal kepercayaan :

Takes years to BUILD
Second to BREAK
And forever to REPAIR

Duuh.. kenapa jadi simalakama gini?

Melangkah salah, berhenti gamang, mundur tak mungkin. Maka benarlah prediksi sebagian besar pengamat. Cikeas akan tenggelam sebelum 2024. Beye telah salah langkah. Sikap sudah diambil lewat kaki anak-anak. Sudah sulit untuk diteruskan. Argo resiko sudah menyala.

Kalau sudah begini, yakin masih konsisten tetap berplatform sebagai partai nasionalis? Atau berganti tagline jadi oportunis?

Lalu nasib mas ganteng seperti apa ya? Ah..sudahlah. Kadang kita memang harus patuh pada keputusan babeh meski resikonya menghancurkan jalan hidup.

Kasihan kau, nak..

-end-

image
Please log in to like, dislike, share and comment!
TERJEPIT DI ANTARA PELANGI

Sudah banyak pemerhati politik yang menulis soal Beye, Haye dan segitiga birunya yang penuh sensasi dalam beberapa pekan ini. Tak jauh dari soal mereka yang mulai merapat ke kubu petahana dengan segala adegan yang bikin mual banyak kalangan. Semua mengarah pada penyalahan di wajah kaum segitiga biru itu. Terakhir, pendukung dan relawanpun mulai berwajah sinis, bernada bengis.

Adakah yang coba melihat bagaimana dengan penerimaan anak baru di kubu petahana sendiri? Apa iya mereka mau menerima dengan sikap polos kehadiran partai oportunis satu digit itu? Bagaimana reaksi kimianya jika larutan curang dengan cairan khianat diaduk dalam tabung pelangi? Makin berwarna warnikah bendera bersama 01? Atau makin kusam karena kedatangan abu-abu?

Ujilah pendapat umum saja. Tanyakan pada semua orang pertanyaan sederhana ini, "Apakah anda akan menerima seseorang yang memisahkan dirinya dari kumpulan lawan anda?" Tidakkah mereka jijik menerimanya?
Jadi ingat kata-kata om motivator yang sudah jadi Dekom Angkasapura. Begini katanya, "Ketika anda menerima seorang pengkhianat, siapkan sepotong rasa kecewa kelak untuk pengkhianatannya pada anda. Karena khianat itu sifat!"

Jika perapatan demokrad dapat diterima, tentu akan banyak syarat dan ketentuan diam-diam yang sudah dibuat oleh koalisi petana. Sangat mustahil mereka menerima begitu saja. Tiap partai pasti menganggap dirinya paling berkeringat di masa duel politik sepanjang 7 bulan lalu. Tak mungkin rela disejajarkan anak kemarin sore yang baru gabung. Ego sektoral, senior-junior, besar-besaran andil dan yang paling mengerikan kalau sudah bicara, "wani piro?".

Segi tiga biru limbung. Pasti gamang dan serba salah. Tetap di 02, sudah terlanjur melangkah ke istana. Lanjut merapat, pasti ketemu jajaran pemain watak yang sudah lihai memanfaatkan kesempatan politis. Jadi menteri? Tunggu dulu, merah, kuning, hijau dan lainnya juga ngiler bro. "Baru gabung dah ngantongi kursi menteri, enak aja!", ujar para rainbow players.

Ancaman paling mengerikan datang dari mak bos. Maklumlah, persiapan pensiun 5 tahun mendatang. Jangan karena baru dikasih senyum dikit, dipikir tak ada deal-deal? maap aje yee.. "Oke menteri, tapi setoran perlu kita sepakati untuk biaya operasional yang dibagi rata semua koalisi senior, deal?" Dan terjadilah, partai bulan-bulanan dalam 5 tahun kedepan.

Di sisi lain, setiap kesalahan koalisi nantinya bisa jadi partai inilah biang ada asal muasal masalah. Dalam hal apapun pasti yang dilihat "didalam kelompok besar itu ada pengkhianat" meski politik akan memicingkan matanya soal etika. Selalu begitu. Orang selalu ingat soal kepercayaan :

Takes years to BUILD
Second to BREAK
And forever to REPAIR

Duuh.. kenapa jadi simalakama gini?

Melangkah salah, berhenti gamang, mundur tak mungkin. Maka benarlah prediksi sebagian besar pengamat. Cikeas akan tenggelam sebelum 2024. Beye telah salah langkah. Sikap sudah diambil lewat kaki anak-anak. Sudah sulit untuk diteruskan. Argo resiko sudah menyala.

Kalau sudah begini, yakin masih konsisten tetap berplatform sebagai partai nasionalis? Atau berganti tagline jadi oportunis?

Lalu nasib mas ganteng seperti apa ya? Ah..sudahlah. Kadang kita memang harus patuh pada keputusan babeh meski resikonya menghancurkan jalan hidup.

Kasihan kau, nak..

-end-
https://paziim.com/post/11055_terjepit-di-antara-pelangi-sudah-banyak-pemerhati-politik-yang-menulis-soal-beye.html

MEMOTRET INDONESIA DARI DKI DAN JABAR

Lihatlah perbedaanya. Pemimpin itu solutif, bukan isolatif. Mencari jalan keluar di daerahnya, bukan mengusir orang keluar dari daerahnya. Pemimpin itu membuat inovasi, bukan membuat limitasi.

Gubernur Jabar dan gubernur DKI adalah dua kutub yang berbeda. Dalam pespektif yang lebih luas, pada keduanya fokus dua kubu di Indonesia ini berpusat. Pendukung Ridwan yang notabene 01 dengan tagline berkemajuan dan pendukung Anies sebagai pendukung 02 yang adil dan makmur dalam konteks pilpres 2019.

Faktanya, keadilan dan kemakmuran tentu lebih didapat dari Jakarta ketimbang dari Jabar. Keadilan dalam penyediaan porsi kesempatan mencari pekerjaan. Kemakmuran yang dirasakan masyarakat DKI dalam pesatnya perubahan di Jakarta termasuk untuk para pendatang.

Sementara di Jabar kemajuan dalam pembuatan taman-taman dan infrastruktur hanya akan dinikmati mereka yang punya skill saja, bukan semua masyarakat Jabar, apalagi rakyat Indonesia. Termasuk dalam kesempatan mencari pekerjaan.

Nah, makin jelas jika kita pindahkan perspektif keduanya pada pilihan politik kemarin. Bahwa kubu pro Anies yang berstempel 02 di dadanya, lebih solutif untuk kemajuan bangsa ini. Sementara kubu pro Ridwan yang berafiliasi 01, hanya berfokus pada masyarakat yang berkemampuan(skill), bukan semua. Bahasa kerennya, tersegmentasi.

Itulah gambaran mudah melihat Indonesia kelak jika 01 yang menang atau 02 yang diluluskan Mahkamah Konstitusi.

Terima kasih bang Anies.
DKI bangga pada anda!

Pribadi inilah yang pantas menjadi potret pemimpin Indonesia di masa depan dengan prinsip berkeadilan dan kemakmuran serta mampu menjadikan bangsa ini bangga dengan negerinya sendiri.

Semoga..

image
Please log in to like, dislike, share and comment!
MEMOTRET INDONESIA DARI DKI DAN JABAR

Lihatlah perbedaanya. Pemimpin itu solutif, bukan isolatif. Mencari jalan keluar di daerahnya, bukan mengusir orang keluar dari daerahnya. Pemimpin itu membuat inovasi, bukan membuat limitasi.

Gubernur Jabar dan gubernur DKI adalah dua kutub yang berbeda. Dalam pespektif yang lebih luas, pada keduanya fokus dua kubu di Indonesia ini berpusat. Pendukung Ridwan yang notabene 01 dengan tagline berkemajuan dan pendukung Anies sebagai pendukung 02 yang adil dan makmur dalam konteks pilpres 2019.

Faktanya, keadilan dan kemakmuran tentu lebih didapat dari Jakarta ketimbang dari Jabar. Keadilan dalam penyediaan porsi kesempatan mencari pekerjaan. Kemakmuran yang dirasakan masyarakat DKI dalam pesatnya perubahan di Jakarta termasuk untuk para pendatang.

Sementara di Jabar kemajuan dalam pembuatan taman-taman dan infrastruktur hanya akan dinikmati mereka yang punya skill saja, bukan semua masyarakat Jabar, apalagi rakyat Indonesia. Termasuk dalam kesempatan mencari pekerjaan.

Nah, makin jelas jika kita pindahkan perspektif keduanya pada pilihan politik kemarin. Bahwa kubu pro Anies yang berstempel 02 di dadanya, lebih solutif untuk kemajuan bangsa ini. Sementara kubu pro Ridwan yang berafiliasi 01, hanya berfokus pada masyarakat yang berkemampuan(skill), bukan semua. Bahasa kerennya, tersegmentasi.

Itulah gambaran mudah melihat Indonesia kelak jika 01 yang menang atau 02 yang diluluskan Mahkamah Konstitusi.

Terima kasih bang Anies.
DKI bangga pada anda!

Pribadi inilah yang pantas menjadi potret pemimpin Indonesia di masa depan dengan prinsip berkeadilan dan kemakmuran serta mampu menjadikan bangsa ini bangga dengan negerinya sendiri.

Semoga..
https://paziim.com/post/10893_memotret-indonesia-dari-dki-dan-jabar-lihatlah-perbedaanya-pemimpin-itu-solutif.html

Ternyata begini lirik aslinya..

Please log in to like, dislike, share and comment!
Ternyata begini lirik aslinya..
https://paziim.com/post/10860_ternyata-begini-lirik-aslinya.html

Sahabat Paziim,
Selamat Idul Fitri 1440 H.
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum
Mohon maaf lahir dan batin
Salam Kemenangan

image
Please log in to like, dislike, share and comment!
Sahabat Paziim,
Selamat Idul Fitri 1440 H.
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum
Mohon maaf lahir dan batin
Salam Kemenangan
https://paziim.com/post/10859_sahabat-paziim-selamat-idul-fitri-1440-h-taqabbalallahu-minna-wa-minkum-mohon-ma.html

Kuundang kau kemari wahai kawan baik. Kita bergabung di sosmed buatan anak bangsa, bukan buatan Yahudi..!

Selamat datang di Paziim.

Please log in to like, dislike, share and comment!
Kuundang kau kemari wahai kawan baik. Kita bergabung di sosmed buatan anak bangsa, bukan buatan Yahudi..!

Selamat datang di Paziim.
https://paziim.com/post/10803_kuundang-kau-kemari-wahai-kawan-baik-kita-bergabung-di-sosmed-buatan-anak-bangsa.html